Selasa, 22 Mei 2012

Cerita Akhir Sekolah

Cerita Akhir Sekolah

Pagi ini aku terbangun subuh. Merenungi masa lalu dan hampir menangis. Sadar bahwa ini hari terakhir aku menggunakan seragam putih abu – abu dan meninggalkan masa – masa indah disekolah. Pagi itu sangat berat bagiku. Bodohnya setelah 3 tahun aku baru sadar akan pentingnya masa – masa ini pada hari – hari terakhir. Semakin susah hati ini saat tahu dia, Rey wanita yang agak maskulin  yang kusukai sejak kelas satu SMA belum tahu perasaanku. Aku memang belum pernah mengatakannya langsung tapi aku selalu agak salah – salah tingkah kalau bertemu apalagi berbincang dengannya. Aku tidak tahu apakah di tahu perasaanku atau tidak. Aku terlalu senang menghabisakan 3 tahun sekolahku dengan puas melihatnya dari jauh saja, dan pada akhirnya aku sangat menyesal sekarang.Matahari meninggi aku pun beranjak. Berjalan gemetar menuju sekolah. Sekali lagi aku masih merasa tidak puas, seakan 3 tahun itu berlalu sangat cepat. Takut tak bertemu lagi dengan Rey kuberanikan diri untuk menlelfon setelah 3 tahun hanya sms yang kuandalkan. Telfonku tidak diangkat aku semakin gugup dan akhirnya tak mampu menelfon lagi. Takut dia bersama pacarnya atau dia tidak suka aku menelpon. Hati ini semakin takut jangan – jangan tak akan berjumpa lagi dengan dia. Aku bergegas ke sekolah berharap dia ada disana.Dalam perjalanan tanganku gemetar, tak mampu menulis sms. Aku berniat mengatakan perasaanku lewat sms saja tapi aku tidak berani. Akhirnya kubulatkan tekad pokoknya kalau bertemu akan langsung kuungkapkan perasaan ini. Sampai disekolah dia tak kunjung datang Aku semakin takut dan kutelpon lagi kali ini handphonenya sudah tidak aktif. Aku sangat takut sekali.Setelah pengumuman hasil ujian aku masih menunggu dia. Orang tuanya bahkan tak kujumpai. Aku bahkan membuang malu untuk bertanya pada teman – temannya yang selama ini tidak pernah tahu perasaan ku tapi tidak ada yang mengetahu keberadaanya. Kembali ku telpon tapi tetap tidak aktif. Sekolah yang mulai sepi semakin menyiksaku, melihat halaman tempat biasa ku bermain akan segera kutinggalkan. Kelas – kelas yang kosong sungguh menyisakan kenangan – kenangan gila dan mengesankan selama 3 tahun ini dan aku akan segera meninggalkan ini semua.Aku terus bertahan sampai sore. Tidak berharap lagi akan bertemu dengan Rey. Aku bahkan tidak berani ke rumahnya. Memang setahuku dia punya pacar dan dia teman angkatan ku juga. Aku tahu aku bodoh karena melewatkan 3 tahun ini dengan diam. Ya sudah aku duduk disini sampai sore saja menikmati waktu – waktu terakhir ini. Kapan lagi dengan seragam dan kondisi seperti saat ini aku bisa ke sekolah ini lagi.Tiba – tiba telponku berbunyi. Nomor tidak dikenal menelponku, dia Bela, sahabat dekatnya Rey. Aku terkejut saat diberi tahu kalau Rey tadi ditabrak mobil dan sekarang lagi di rumah sakit. Aku bergegas ke rumah sakit, dan hati ini semakin tidak tenang. Sampai didepan ruangan ICU saya merasa aneh kenapa Bela memeberitahu berita ini kepada saya, selama ini kan yang tahu aku suka sama Rey kan Cuma aku seorang. Ya sudahlah tidak penting pikirku yang penting aku mau melihat Rey dulu.Sampai di depan ruanganya aku berhenti. Teman-teman kelasnya banyak yang menjenguknya. Pacarnya juga ada dan kelihatan  begitu peduli padanya. Keluarganya juga ada. Aku tidak berani masuk dan hanya melihatnya dari luar. Kakinya diperban dan mukanya kelihatan pucat. Dalam keadaan seperti itu pun aku sangat menganguminya. Melihatnya saja aku sangat senang dan merasa seakan ada kedamaian. Aku semakin tenang saat melihat dia tersenyum kepada teman – teman yang menjenguknya. Kelihatanya lukanya tidak terlalu parah.Aku merasa aku memang tidak layak. Pacarnya juga lumayan ganteng dan berharta. Aku pun merasa iri saat ini karena tidak mampu berbicara atau sekedar menyapanya dan bilang agar lekas sembuh. Dia kelihatannya baik – baik saja dengan teman – temannya disampingnya dan pacarnya. Aku sudah cukup tenang melihatnya masih bisa tertawa.Tiba – tiba aku terpaku tak bisa bergerak. Rey beranjak bangun dan  sejenak aku melihatnya menatapku dan aku tak bisa bergerak, secepatnya aku langsung menyembunyikan diri dan bergegas keluar dari ruangan ICU. Perasaanku tak menentu, aku merasa malu dan tidak enak,aku merasa mungkin aku tidak diterimah toh aku bukan siapa – siapanya.Ya sudah aku memutuskan untuk pulang. Aku sangat sedih mengetahui bahwa kisah ini berakhir seperti ini. Sekolah tak akan ada lagi dan Rey tidak akan kujumpai lagi. Ditengah perjalanan pulang handphone ku berbunyi sms masuk berbunyi  “woy , kenapa nggak masuk? Dasar nggak bertanggung jawab, aku jadi gini karena kamu juga, ayo sini masuk cepat” dari Rey. Aku terkaget – kaget dan berhenti sejenak. Dia tidak pernah seperti ini membalas kalau sms ke aku,lantas langsung kubalas “lah koq gara – gara aku? Emangnya aku kenapa? Aku malu sama teman – temanmu”.Jawabku.Tak lama sms balasanya masuk “ huh dasar, tadi pagi kan kamu telpon, tapi Cuma sekali, nggak berani kuangkat karena malu, trus kamu nggak nelpon –nelpon lagi aku udah nggak nahan lagi, akhirnya mau ku telpon balik Cuma pulsa ku abis, waktu aku keluar beli pulsa aku keserempet mobil tahu! Itu kan gara – gara kamu!” “hah? Emang kamu nggak nahan kenapa mau telpon aku”? balasku.Agak lama baru sms balasannya masuk ; “ ya iya aku udah nggak nahan lagi, ini kan hari terakhir kita disekolah, takut nggak ketemu kamu lagi, aku tuh mau bilang kalo aku suka sama kamu tahu!”